Error

Lukma Nike Septilia

Minggu, 10 April 2016

TUGAS MEDIA MASYARAKAT



Nama   : Lukma Nike Septilia
NIM    : 201410040311477
Kelas   : Ilmu Komunikasi G

Masyarakat Kecanduan Tontonan Tanpa Tuntunan

Perkembangan teknologi yang sangat pesat di era globalisasi ini memberikan banyak manfaat untuk kemajuan dalam segala bidang. Indonesia sebagai negara berkembang juga mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Media sebagai alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi, memiliki peranan penting dalam kehidupan saat ini. Jika dulu eksistensi media cetak begitu besar, perlahan-lahan mulai ditinggalkan dan beralih ke media elektronik dan digital yang lebih praktis.
Kemajuan media elektronik dan digital yang cukup pesat di Indonesia, dimanfaatkan dengan baik oleh para pebisnis media. Perusahaan-perusahaan media saat ini, berlomba-lomba untuk menciptakan konten-konten yang dapat dijual dan dinikmati oleh masyarakat. Perusahaan-perusahaan media memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat di dunia media massa dengan banyaknya produk-produk media yang dipasarkan. Sayangnya, perkembangan media saat ini tidak sesuai dengan pendidikan masyarakat. Seperti pesatnya perkembangan tayangan-tayangan yang tidak mendidik. Hal ini, membuat masyarakat belum siap untuk menerima tayangan-tayangan negatif untuk dipilah-pilah.
Media massa saat ini banyak disalahgunakan, dan hanya untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tertentu. Konsep bad news is a good news seolah menjadi paradigma baru di kalangan media massa di Indonesia. Media tidak lagi memperdulikan kepentingan masyarakat, fungsi media hanya sebagai penghibur dan penyalur informasi tanpa ada edukasi di dalamnya. Program-program acara yang diciptakan oleh perusahan-perusahaan media lebih banyak hanya mengejar rating dan keuntungan semata. Asalkan ada sisi hiburan disana, sisi yang lain tidak begitu dipedulikan.
Salah satunya, dunia infotainment yang saat ini banyak digemari masyarakat, berita-berita yang disajikan kebanyakan bukan berita yang memiliki nilai positif, akan tetapi berita-berita negatif, sebagai contoh artis yang terkena skandal, artis kawin cerai, berita hot tentang artis dan berita-berita sensual lainnya. Berita tersebut malah lebih eksis daripada berita tentang edukasi dan keagamaan. Mirisnya lagi, orang-orang yang terkena skandal menjadi terkenal dan lebih banyak diminati. Inilah kenapa perlu adanya edukasi untuk masyarakat yang kurang memahami tentang pentingnya nilai pada suatu berita.
Masyarakat awam yang tidak mengerti sama sekali tentang tontonan yang berkualitas untuk dikonsumsi, menerima dengan serta merta apa yang disuguhkan tayangan-tayangan di televisi. Bahkan masyarakat yang terdidik pun menjadi ikut-ikutan mengkonsumsi tayangan-tayangan tak berkualitas. Alasanya sederhana karena semua sajian yang diberikan oleh stasiun-stasiun televisi memiliki konten yang hampir sama. Secara tidak langsung perusahaan-perusahaan media memaksa masyarakat untuk menerima dan mengkonsumsi apa yang diberikan. Memang pada kenyataanya, para pembuat konten tersebut hanya mencari keuntungan semata, tanpa mementingkan kualitas dan kuantitas terutama dalam fungsi dibidang pendidikan.
Kebanyakan tontonan di Indonesia saat ini hanya berisi hiburan dan informasi yang tidak akurat, sedangkan dalam hal pendidikan hanya beberapa stasiun televisi yang menerapkannya. Faktor ini dilihat dari pemakai atau pengkonsumsi tayangan itu sendiri yaitu masyarakat. Perusahaan-perusahaan media sebenarnya juga melihat apa yang sedang digemari masyarakat untuk dijadikan bahan tayangan. Untuk itu, masyarakat memiliki peran penting dalam menentukan tayangan yang dipilih. Indonesia yang penduduknya rata-rata memiliki pendapatan menengah kebawah dan kurangnya pendidikan, perlu mendapatkan sosialisasi tentang bagaimana pentingnya media yang berkualitas.
Masyarakat menengah kebawah yang lebih senang dengan penyajian konten-konten hiburan, kurang mempedulikan efek dari yang mereka lihat terutama untuk anak-anak. Orang tua yang seharusnya membimbing anaknya, malah mengajak mereka untuk menikmati tayangan-tayangan tesebut. Asalkan dalam sebuah tayangan terdapat sisi hiburan yang menyenangkan, masyarakat menerima dengan mudah apa yang disajikan.
Penayangan siaran yang tidak pas pada waktunya, dimana tayangan yang  seharusnya tidak ditonton oleh kalangan tertentu. Seharusnya pada jam istirahat untuk anak, tayangan yang disajikan sesuai dengan usia mereka. Hal ini disebabkan karena para pemilik media berlomba-lomba untuk menaikkan rating stasiun televisi mereka tanpa mempedulikan efek yang timbul dari apa saja yang telah mereka tayangkan. Jika acara yang tidak mendidik terus-menurus ditayangkan, maka akan semakin rusak pola pikir anak-anak muda yang merupakan generasi penerus bangsa. Anak  remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya belum layak untuk diketahuinya, dapat diketahuinya dari televisi.
Dan pada akhirnya, dampaknya pun tidak tanggung-tanggung terhadap remaja yang masih di bawah umur. Pada saat sekarang ini, hal-hal negatif lah yang paling sering ditayangkan di televisi, jarang sekali yang di tayangkan hal-hal positif, kemungkinan jika ada yang ditayangkan bersifat posotif hanya sebagian remaja  saja yang mau menontonnya tetapi kebanyakan  remaja yang tidak mau menonton acara tersebut, di karenakan bahwa acara tersebut hanya lebih banyak membahas masalah agama  seperti acara islam itu indah dan lain-lain, tetapi jika acara yang negatif  banyak membahas tentang percintaan, kejahatan, dan sebagainya, acara itulah yang sangat di idolakan remaja. Jika terlalu sering mengikuti hal-hal yang ditayangkan ditelevisi maka perkembangan remaja akan terhambat, karena akal itu biasanya berkembang sesuai umur, namun hanya sebahagian kecil saja mempedulikan hal ini.
Dampak yang ditimbulkan dari tontonan yang tidak mendidik tersebut lebih berpengaruh kepada anak dan remaja, mereka mengkonsumsi tayangan yang tidak sesuai dengan usia. Anak dan remaja yang belum siap untuk menerima konten-konten dewasa, secara tidak langsung dipaksa untuk mengkonsumi tayangan tersebut. Hal ini mengakibatkan rusaknya moral anak bangsa, dan mereka cenderung ikut-ikutan menjadikan anak berpikir pasif karena tayangan yang mereka lihat tidak sesuai dengan umur mereka. Perkembangan mereka lebih cepat dari usia mereka, seperti anak dibawah umur yang sudah mengerti tentang pacaran bahkan melakukan kekerasan.
Peran pemerintah dan KPI yang dinilai kurang tegas dalam mengatasi program tayangan yang tidak sesuai untuk dikonsumsi bagi kalangan tertentu. Pemerintah sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam mengolah penyiaran agar mengantisipasi tayangan-tayangan yang berdampak negatif pada masyarakat dinilai kurang adil dan tegas. Tidak hanya melalui KPI, pemerintah harus mengontrol jalannya media massa, tayangan yang seperti apa yang baik untuk dikonsumsi oleh khalayak. KPI sebagai komisi khusus penyiaran Indonesia juga dinilai tidak dapat mengemban tugas dengan baik. KPI hanya melakukan peneguran-peneguran terhadap program-program acara yang tidak memiliki efek secara nyata pada tayangan-tayangan yang disiarkan. Buktinya tayangan-tayangan tersebut masih leluasa ditonton oleh masyarakat tanpa ada perubahan yang mencolok.
Jika hal ini masih berlanjut masyarakatlah sebagai penerima tayangan-tayangan tersebut untuk melakukan tindakan secara nyata. Masyarakat harus meningkatkan literasi media untuk lebih pintar dan cermat dalam memilih tayangan yang berkualitas. Dengan media-media sosial yang berkembang, dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mengkritik tayangan-tayangan yang tidak bermutu. Masyarakat juga dapat menciptakan komunitas-komunitas tertentu untuk mengajak seluruh masyarakat melek media dan memilih tayangan yang baik dan lebih mendidik. Hal ini perlu dilakukan untuk menciptakan generasi muda yang lebih berkualitas. Dengan tontontan yang berkualitas akan menjadikan tuntunan yang baik untuk masyarakat terutama bagi anak dan remaja yang membutuhkan tayangan berkualitas untuk meningkatkan kecerdasan. Melalui tayangan yang bermutu pula, akan menciptakan bangsa yang berkualitas.
Tontonan menjadi tuntunan. Konsep tesebut memang benar adanya. Perusahaan-perusahaan media memberikan tayangan-tayangan yang secara tidak langsung memaksa masyarakat untuk menerimanya. Tidak ada pilihan lain, selain dari masyarakat sendiri untuk lebih pintar dalam memilih tayangan-tayangan yang berkualitas. Jika hal ini tetap dibiarkan, yang akan menerima dampak paling besar adalah generasi penerus yang semakin tidak produktif karena tayangan-tayangan yang tidak berkualitas tersebut. Perlu adanya kerjasama pemerintah dan masyarakat maupun lembaga atau komunitas untuk bersama-sama mengolah dan menyajikan tayangan yang baik dan berkualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar