Nama :
Lukma Nike Septilia
NIM :
201410040311477
Kelas :
Ilmu Komunikasi G
Masyarakat
Kecanduan Tontonan Tanpa Tuntunan
Perkembangan teknologi yang
sangat pesat di era globalisasi ini memberikan banyak manfaat untuk kemajuan
dalam segala bidang. Indonesia sebagai negara berkembang juga mengikuti
perkembangan teknologi tersebut. Media sebagai alat atau sarana yang digunakan
untuk menyampaikan informasi, memiliki peranan penting dalam kehidupan saat ini.
Jika dulu eksistensi media cetak begitu besar, perlahan-lahan mulai
ditinggalkan dan beralih ke media elektronik dan digital yang lebih praktis.
Kemajuan media elektronik
dan digital yang cukup pesat di Indonesia, dimanfaatkan dengan baik oleh para
pebisnis media. Perusahaan-perusahaan media saat ini, berlomba-lomba untuk menciptakan
konten-konten yang dapat dijual dan dinikmati oleh masyarakat. Perusahaan-perusahaan
media memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat di dunia media massa dengan
banyaknya produk-produk media yang dipasarkan. Sayangnya, perkembangan media
saat ini tidak sesuai dengan pendidikan masyarakat. Seperti pesatnya
perkembangan tayangan-tayangan yang tidak mendidik. Hal ini, membuat masyarakat
belum siap untuk menerima tayangan-tayangan negatif untuk dipilah-pilah.
Media massa saat ini banyak
disalahgunakan, dan hanya untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tertentu. Konsep
bad news is a good news seolah
menjadi paradigma baru di kalangan media massa di Indonesia. Media tidak lagi
memperdulikan kepentingan masyarakat, fungsi media hanya sebagai penghibur dan
penyalur informasi tanpa ada edukasi di dalamnya. Program-program acara yang
diciptakan oleh perusahan-perusahaan media lebih banyak hanya mengejar rating
dan keuntungan semata. Asalkan ada sisi hiburan disana, sisi yang lain tidak
begitu dipedulikan.
Salah satunya, dunia
infotainment yang saat ini banyak digemari masyarakat, berita-berita yang
disajikan kebanyakan bukan berita yang memiliki nilai positif, akan tetapi
berita-berita negatif, sebagai contoh artis yang terkena skandal, artis kawin
cerai, berita hot tentang artis dan berita-berita sensual lainnya. Berita
tersebut malah lebih eksis daripada berita tentang edukasi dan keagamaan.
Mirisnya lagi, orang-orang yang terkena skandal menjadi terkenal dan lebih banyak
diminati. Inilah kenapa perlu adanya edukasi untuk masyarakat yang kurang
memahami tentang pentingnya nilai pada suatu berita.
Masyarakat awam yang
tidak mengerti sama sekali tentang tontonan yang berkualitas untuk dikonsumsi,
menerima dengan serta merta apa yang disuguhkan tayangan-tayangan di televisi. Bahkan
masyarakat yang terdidik pun menjadi ikut-ikutan mengkonsumsi tayangan-tayangan
tak berkualitas. Alasanya sederhana karena semua sajian yang diberikan oleh
stasiun-stasiun televisi memiliki konten yang hampir sama. Secara tidak
langsung perusahaan-perusahaan media memaksa masyarakat untuk menerima dan
mengkonsumsi apa yang diberikan. Memang pada kenyataanya, para pembuat konten
tersebut hanya mencari keuntungan semata, tanpa mementingkan kualitas dan
kuantitas terutama dalam fungsi dibidang pendidikan.
Kebanyakan tontonan di
Indonesia saat ini hanya berisi hiburan dan informasi yang tidak akurat,
sedangkan dalam hal pendidikan hanya beberapa stasiun televisi yang
menerapkannya. Faktor ini dilihat dari pemakai atau pengkonsumsi tayangan itu
sendiri yaitu masyarakat. Perusahaan-perusahaan media sebenarnya juga melihat
apa yang sedang digemari masyarakat untuk dijadikan bahan tayangan. Untuk itu,
masyarakat memiliki peran penting dalam menentukan tayangan yang dipilih.
Indonesia yang penduduknya rata-rata memiliki pendapatan menengah kebawah dan
kurangnya pendidikan, perlu mendapatkan sosialisasi tentang bagaimana
pentingnya media yang berkualitas.
Masyarakat menengah
kebawah yang lebih senang dengan penyajian konten-konten hiburan, kurang
mempedulikan efek dari yang mereka lihat terutama untuk anak-anak. Orang tua
yang seharusnya membimbing anaknya, malah mengajak mereka untuk menikmati
tayangan-tayangan tesebut. Asalkan dalam sebuah tayangan terdapat sisi hiburan
yang menyenangkan, masyarakat menerima dengan mudah apa yang disajikan.
Penayangan siaran yang
tidak pas pada waktunya, dimana tayangan yang
seharusnya tidak ditonton oleh kalangan tertentu. Seharusnya pada jam
istirahat untuk anak, tayangan yang disajikan sesuai dengan usia mereka. Hal
ini disebabkan karena para pemilik media berlomba-lomba untuk menaikkan rating
stasiun televisi mereka tanpa mempedulikan efek yang timbul dari apa saja yang
telah mereka tayangkan. Jika acara yang tidak mendidik terus-menurus
ditayangkan, maka akan semakin rusak pola pikir anak-anak muda yang merupakan
generasi penerus bangsa. Anak remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya
belum layak untuk diketahuinya, dapat diketahuinya dari televisi.
Dan pada akhirnya,
dampaknya pun tidak tanggung-tanggung terhadap remaja yang masih di bawah umur.
Pada saat sekarang ini, hal-hal negatif lah yang paling sering ditayangkan di
televisi, jarang sekali yang di tayangkan hal-hal positif, kemungkinan jika ada
yang ditayangkan bersifat posotif hanya sebagian remaja saja yang mau
menontonnya tetapi kebanyakan remaja yang tidak mau menonton acara tersebut,
di karenakan bahwa acara tersebut hanya lebih banyak membahas masalah
agama seperti acara islam itu indah dan lain-lain, tetapi jika acara yang
negatif banyak membahas tentang percintaan, kejahatan, dan sebagainya,
acara itulah yang sangat di idolakan remaja. Jika terlalu sering mengikuti
hal-hal yang ditayangkan ditelevisi maka perkembangan remaja akan terhambat,
karena akal itu biasanya berkembang sesuai umur, namun hanya sebahagian kecil
saja mempedulikan hal ini.
Dampak yang ditimbulkan
dari tontonan yang tidak mendidik tersebut lebih berpengaruh kepada anak dan
remaja, mereka mengkonsumsi tayangan yang tidak sesuai dengan usia. Anak dan
remaja yang belum siap untuk menerima konten-konten dewasa, secara tidak
langsung dipaksa untuk mengkonsumi tayangan tersebut. Hal ini mengakibatkan
rusaknya moral anak bangsa, dan mereka cenderung ikut-ikutan menjadikan anak
berpikir pasif karena tayangan yang mereka lihat tidak sesuai dengan umur
mereka. Perkembangan mereka lebih cepat dari usia mereka, seperti anak dibawah
umur yang sudah mengerti tentang pacaran bahkan melakukan kekerasan.
Peran pemerintah dan
KPI yang dinilai kurang tegas dalam mengatasi program tayangan yang tidak sesuai
untuk dikonsumsi bagi kalangan tertentu. Pemerintah sebagai lembaga yang bertanggung
jawab dalam mengolah penyiaran agar mengantisipasi tayangan-tayangan yang
berdampak negatif pada masyarakat dinilai kurang adil dan tegas. Tidak hanya
melalui KPI, pemerintah harus mengontrol jalannya media massa, tayangan yang
seperti apa yang baik untuk dikonsumsi oleh khalayak. KPI sebagai komisi khusus
penyiaran Indonesia juga dinilai tidak dapat mengemban tugas dengan baik. KPI
hanya melakukan peneguran-peneguran terhadap program-program acara yang tidak
memiliki efek secara nyata pada tayangan-tayangan yang disiarkan. Buktinya
tayangan-tayangan tersebut masih leluasa ditonton oleh masyarakat tanpa ada
perubahan yang mencolok.
Jika hal ini masih
berlanjut masyarakatlah sebagai penerima tayangan-tayangan tersebut untuk
melakukan tindakan secara nyata. Masyarakat harus meningkatkan literasi media
untuk lebih pintar dan cermat dalam memilih tayangan yang berkualitas. Dengan
media-media sosial yang berkembang, dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
mengkritik tayangan-tayangan yang tidak bermutu. Masyarakat juga dapat
menciptakan komunitas-komunitas tertentu untuk mengajak seluruh masyarakat
melek media dan memilih tayangan yang baik dan lebih mendidik. Hal ini perlu
dilakukan untuk menciptakan generasi muda yang lebih berkualitas. Dengan
tontontan yang berkualitas akan menjadikan tuntunan yang baik untuk masyarakat
terutama bagi anak dan remaja yang membutuhkan tayangan berkualitas untuk
meningkatkan kecerdasan. Melalui tayangan yang bermutu pula, akan menciptakan
bangsa yang berkualitas.
Tontonan menjadi
tuntunan. Konsep tesebut memang benar adanya. Perusahaan-perusahaan media
memberikan tayangan-tayangan yang secara tidak langsung memaksa masyarakat
untuk menerimanya. Tidak ada pilihan lain, selain dari masyarakat sendiri untuk
lebih pintar dalam memilih tayangan-tayangan yang berkualitas. Jika hal ini
tetap dibiarkan, yang akan menerima dampak paling besar adalah generasi penerus
yang semakin tidak produktif karena tayangan-tayangan yang tidak berkualitas
tersebut. Perlu adanya kerjasama pemerintah dan masyarakat maupun lembaga atau
komunitas untuk bersama-sama mengolah dan menyajikan tayangan yang baik dan
berkualitas.